MAKALAH SERTIFIKASI 3
“KEHIDUPAN ISLAMI PRIBADI DALAM
AQIDAH, IBADAH DAN AKHLAK”
DISUSUN OLEH :
1.
Lokana Firda Amrina ( 09006020 )
2.
Dwi Ari Anto (
09006021 )
3.
Radiwan (
09006022 )
4.
Agus Susila (
09006023 )
5.
Muhammad Nur Bintoro ( 09006027 )
6.
Anisa Ayu (
09006028 )
7.
Yan Puspita Sari (
09006031 )
8.
Novia Amalia ( 09006032 )
9.
Muhammad Ismail (
09006036 )
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji
dan syukur penulis haturkan
kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai
tugas sertifikasi III dengan judul “Kehidupan
Islami pribadi dalam akidah, ibadah dan akhlak” tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad Saw., Keluarga, Sahabat dan para pengikutnya yang
memegang teguh ajarannya sampai akhir hayat.
Penulis
mengucapkan terimakasih dengan penuh hormat dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1.
Anhar Anshori, sebagai dosen pembimbing
2.
Teman-teman
dan semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tak langsung telah
membantu kami
Penulis
menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca yang bersifat membangun untuk pembelajaran di waktu yang akan
datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama pembaca.
Wassalamu’alaikum
wr.wb.
Yogyakarta,
3 Juni 2011
Penulis
I.
PENDAHULUAN
Ø Latar Belakang
Pengertian Aqidah secara
bahasa aqidah berasal dari kata aqada yang berarti buhul dan mahkota. Dalam
konteks ini aqidah berarti sesuatu yang terbuhul didalam hati dan dihormati
seperti mahkota. Secara istilah aqidah adalah : “sejumlah kebenaran yang dapat diterima
secara umum oleh oleh manusia berdasarkan fitrah, akal dan wahyu. Kebenaran itu
dipatrikan di dalam hati, diyakini kesahihannya dan ditolak kebenaran
selainnya.” Ibadah adalah bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan
jalan mentaati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan
mengamalkan segala yang diizinkan Allah. Pengertian akhlak berasal dari bahasa
arab, yaitu bentuk jama’ dari “khuluk” yang artinya budi pekerti, watak,
tabiat. Yakni suatu daya kekuatan dalam jiwa manusia yang nampak dalam
tindakan, perbuatan dan tingkah laku. Jiwa kekuatan itu lahir dengan tingkah
laku yang baik dinamakan akhlakul mahmudah atau akhlakul karimah, artinya
akhlak yang mulia atau terpuji. Sebaliknya bila daya itu melahirkan perbuatan buruk
dinamakan akhlakul madzmumah, artinya akhlak yang tercela.
Dalam keseluruhan ajaran
Islam, Aqidah, Ibadah dan akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
penting. Ajaran islam yang terbagi dalam sistematika Aqidah, Ibadah, Akhlak,
dan Mu’amalat atau Aqidah, Syari’ah dan Akhlak, atau Iman, Islam dan Ihsan, maka ketiga aspek atau keempat aspek
tersebut tidak dapat dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling terikat.
Seseorang yang memiliki
Aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan Ibadah dengan tertib, memiliki akhlak
yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah sesorang tidak akan diterima
oleh Allah swt.kalau tidak dilandasi dengan Aqidah. Seseorang tidaklah dinamai
berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar.
Dengan senang hati,
penyusun bersedia membahas tentang “Kehidupan Islami pribadi dalam
Aqidah,Ibadah dan Akhlak” guna untuk memenuhi tugas Sertifikasi 3 dan penambah
wawasan keislaman. Dengan makalah ini diharapkan pembaca mengerti Aqidah,
Ibadah dan Akhlak dalam kehidupan pribadinya serta dapat pula menjadi suri
tauladan yang baik.
Ø Tujuan
Terbentuknya perilaku
Inividu yang sholeh dan sholihah secara menyeluruh yang dapat menunjukkan
keteladanan yang baik menuju pribadi islami yang sebenar-benarnya.
Ø Rumusan Masalah
1.
Pengertian
dan pembahasan kehidupan Islami dalam Aqidah
2.
Pengertian
dan pembahasan kehidupan Islami dalam Ibadah
3.
Pengertian
dan pembahasan kehidupan Islami dalam Akhlak
II.
PEMBAHASAN
Ø AQIDAH ( PRIBADI )
Pengertian
Aqidah secara bahasa, aqidah berasal dari kata aqada yang berarti buhul dan
mahkota. Dalam konteks ini aqidah berarti sesuatu yang terbuhul didalam hati
dan dihormati seperti mahkota. Secara istilah aqidah adalah : “sejumlah
kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh oleh manusia berdasarkan fitrah,
akal dan wahyu. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati, diyakini kesahihannya
dan ditolak kebenaran selainnya.”
Sumber
Aqidah Islam : Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah
dalam Al-Qur’an dan oleh Rasul dalam Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan
diamalkan). Akal hanyalah berfungsi untuk memahami kedua sumber tersebut atau
untuk membuktikan kebenarannya. Tetapi untuk tugas itupun kemampuan akal sangat
terbatas.
Sendi-sendi
Aqidah Islam :
1. Iman
kepada Allah
2. Iman
kepada Malaikat
3. Iman
kepada kitab-kitab-Nya
4. Iman
kepada para Rasul-Nya
5. Iman
kepada hari Akhir
6. Iman
kepada Qada’ dan Qadar
Konsepsi Tauhid
Aqidah
Islam adalah iman kepada Allah swt. esensi iman kepada Allah swt adalah Tauhid
yaitu mengesakan-Nya baik dalam dzat, asma ‘wa shifat maupun
perbuatan-perbuatannya (af’al).
Tauhid
dibedakan menjadi tiga tahapan :
1. Tauhid
Rubbubiyah : Mengimani Allah sebagai satu-satunya Rabb yang mencakup pegertian
Khaliq (Maha Pencipta), Raziq (Maha Pemberi Rezki), Hafizh (Maha Memelihara),
Mudadbir (Maha Mengelola) dan Malik (Maha Memiliki).
2. Tauhid
Mulkiyah : Mengimani Allah sebagai satu-satunya Raja yang berdaulat bagi
seluruh alam, yang mencakup pengertian Wali (Pemimpin), Hakim (Penguasa yang
menentukan hukum dan semua peraturan kehidupan) dan Ghayah (Yang menjadi tujuan
segala sesuatu).
3. Tauhid
Ilahiyah : Mengimani Allah sebagai satu-satunya Al-Ma’bud (Yang disembah).
Ibadah dalam arti tunduk patuh kepada Allah swt. dalam seluruh aspek kehidupan.
Antara
ketiga tahapan Tauhid diatas berlaku dua teori (dalil) yaitu :
1. Dalilut
Talazum (Teori Kemestian) maksudnya konsekuensi logis dari Tauhid Rubbubiyah
adalah Tauhid Mulkiyah dan Tauhid Ilahiyah. Seseorang yang mengimani Allah
sebagai Rabb mestinya harus mengimani Allah sebagai Ilah.
2. Daililut
Tadhamun (Teori Pencakupan) maksudnya iman dengan Tauhid Ilahiyah sudah
mencakup iman dengan Tauhid Mulkiyah dan Rubbubiyah. Seseorang yang mengimani
Allah sebagai Ilah berarti telah mengimani Allah sebagai Malik dan Rabb.
Fungsi aqidah
Aqidah
adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang
akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah
bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa fondasi.
Ajaran
Islam kita terbagi dalam sistematika Aqidah, Ibadah, Akhlak dan Mu’amalat atau
Aqidah, Syari’ah dan Akhlak atau Iman, Islam dan Ihsan, maka ketiga aspek atau
keempat aspek diatas tidak dapat dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling
terikat.
Seseorang
yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib,
memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik.ibadah seseorang tidak
akan diterima oleh Allah swt.kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Seseorang
bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal misalnya zakat tapi
dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. Atau seseorang bisa saja pura-pura
melaksanakan ajaran formal islam tapi Allah tidak akan member nilai kalau tidak
dilandasi dengan aqidah yang benar.
Itulah
sebabnya mengapa Rasulullah saw.selama 13 tahun periode Mekkah memusatkan
dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam
dengan mudah bisa berdiri di periode Madinah dan bangunan itu akan bertahan
terus sampai akhir kiamat.
Ø IBADAH ( PRIBADI )
Istilah
ibadah dilihat dari arti bahasa berarti taat dan tunduk disertai dengan
merendahkan diri. Pengertian ibadah menggambarkan “tunduknya seseorang terhadap
ketinggian dan keunggulan orang lain ,hingga ia turun dari derajat kebebasan
dan melepaskan kemerdekaan untuk orang tersebut ,dengan meninggalkan perlawanan
dan pendurhakaan serta mengikutinya dengan patuh”(Maududi,Pengertian agama,Ibadah
dan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Al-qur’an ;111-112). Sedangkan menurut arti
istilah ,sebagaimana yang dirumuskan Majelis tarjih dinyatakan bahwa ibadah
ialah bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan menaati segala
perintah-Nya ,menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang
dizinkan-Nya. Selanjutnya pengertian ibadah itu dibedakan menjadi dua ,yaitu:
a.Ibadah
umum atau disebut juga dengan istilah muamalat duniawiyat yaitu segala amalan
yang diizinkan Allah.
b.Ibadah
khusus atau sering disebut juga dengan istilah ibadah mahdlah ,ialah apa yang
telah ditetapkan Allah perincian-perinciannya ,tingkah laku dan cara-caranya
yang tertentu.
Prinsip-prinsip Ibadah :
a. Yang
berhak disembah (al ma’bud wahdahu) hanyalah Allah swt.
b. Ibadah
tanpa perantara
c. Ikhlas
sendi ibadah yang akan diterima
d. Ibadah
sesuai dengan tuntunan
e. Memelihara
keseimbangan antar unsur rohani dan jasmani
f. Mudah
dan meringankan
Niat Dalam Beribadah
Niat
adalah ketetapan hati untuk melakukan sesuatu. Misalnya niat shalat, niat puasa
dan lain-lain. Niat jjuga menentukan tujuan dan maksud dari suatu perbuatan dan
menentukan kualitas pahala dari suatu perbuatan. Misalnya niat karena Allah
swt.(ikhlas) atau bukan karena Allah swt.(riya).
Segala
amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, seseorang akan mendapatkan hasil
sesuai dengan niatnya. Rasulullah bersabda : “Segala amal perbuatan tergantung
pada niat. Bagi tiap-tiap orang yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya
menuju (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kearah (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrah-Nya itu karena (harta dan
kemegahannya) dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya maka
hijrahnya itu kearah yang ditujunya.” (HR.Bukhari Muslim).
“Katakanlah : ‘Tuhanku menyuruh menjalankan
keadilan ‘. Dan (katakanlah) : ‘Luruskan muka (diri)mu di setiap sembahyang dan
sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia
telah menciptakan kamu pada permulaan )demikian pulalah) kamu akan kembali
kepada-Nya”. (Q.S. Al-A’raaf:29)
Niat
yang tidak ikhlas dinamakan Riya, yaitu beramal bukan karena Allah dan bukan
pula untuk mencari ridha Allah. Rasulullah saw.menamakan riya itu dengan syirik
kecil : “Sesungguhnya yang saya takuti
atas kamu ialah syirik kecil. Para sahabat bertanya : apakah yang dimaksud
syirik kecil itu ya Rasulullah? Nabi menjawab : Riya. ketika manusia datang
untuk meminta balasan atas amal perbuatan yang mereka lakukan maka Tuhan berkata
pada mereka : Pergilah temui orang-orang yang karena mereka kamu beramal
didunia, niscaya kamu akan sadar apakah kamu akan memperoleh balasan kebaikan
dari mereka?”
Karena
manusia merupakan makhluk Allah yang mulia daripada makhluk-makhluk lainnya, kemuliaan
ini ditandai dengan diberikannya akal pikiran pada manusia sehingga bisa
memilih dan memilah apa yang terbaik untuknya .Setiap pemuliaan menuntut adanya
tugas dan beban,beban tugas itu tergantung pada akal ini, karena tidak ada
beban dan tugas bagi orang yang tidak berakal, seperti orang gila , anak kecil,
orang tidur, orang pingsan dan lain sebagainya.
Allah
swt berfirman :
wamakhalaktu
jinna wainsa illaliyakbudun
artinya:
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepada-Ku”
Adapun
tugas manusia di dunia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Secanggih
apapun otak manusia, sekuat apapun badan manusia, dan secantik apapun wajah
manusia tapi apabila tidak beribadah maka bagi Allah ia tiada harganya.
Bersyukurlah kita yang telah mendapatkan hidayah dari Allah sehingga bisa
mengenal dan beriman kepada-Nya walaupun banyak sekali kita bermaksiat
kepada-Nya. Ibadah yang Allah tugaskan kepada manusia manfaatnya tidak kembali
kepada Allah, Allah Maha Kaya dari makhluk-Nya, akan tetapi manfaatnya akan
kembali kepada manusia itu sendiri. Dalam hal ibadah ini kita harus bersumber
pada al-qur’an dan as sunnah,agar sesuai apa yang telah diajarkan oleh Rasullah
.Sehingga kita sebagai pribadi muslim dalam hal ibadah tidak banyak melakukan
bid’ah dan taqlid .Apabila setiap pribadi seorang muslim melakukan ibadah
dengan apa yang diperintahkan dalam Al-qur’an dan as sunnah maka tidak mungkin
akan tercipta masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
Ø AKHLAK ( PRIBADI )
Pengertian
akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jama’ dari “khuluk” yang artinya
budi pekerti, watak, tabiat. Yakni suatu daya kekuatan dalam jiwa manusia yang
nampak dalam tindakan, perbuatan dan tingkah laku. Jiwa kekuatan itu lahir
dengan tingkah laku yang baik dinamakan akhlakul mahmudah atau akhlakul
karimah, artinya akhlak yang mulia atau terpuji. Sebaliknya bila daya itu
melahirkan perbuatan buruk dinamakan akhlakul madzmudah, artinya akhlak yang
tercela.
Akhlak
mencakup semua sikap hidup seseorang, baik sikap terhadap Allah, terhadap
Rasulullah, terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, terhadap masyarakat,
terhadap Negara dan terhadap dunia Internasional juga terhadap alam lain
seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Perilaku Pribadi yang Baik (Mahmudah)
dan Buruk (Mazmumah)
Akhlak
yang baik (mahmudah) adalah semua sikap yang diperintahkan didalam Al-Qur’an
dan Sunnah untuk melaksanakannya (baik wajib, sunnah maupun mubah). Akhlak
buruk (mazmumah) adalah semua sikap yang dilarang oleh Al-Qur’an dan Sunnah
(baik larangannya bernilai haram maupun makruh).
Cara Menumbuhkan Serta
Membiasakan Akhlak Yang Baik
Tingkah laku seseorang yang diukur
dengan norma yang dianut menentukan nilai kepribadian orang tersebut. Ciri dari
kepribadian adalah lahirnya sifat-sifat maupun perbuatan-perbuatan yang baik
(terpuji), dan sifat atau perbuatan tersebut dapat dibentuk walaupun
menumbuhkan waktu yang cukup lama. Tumbuhnya sifat atau perbuatan seseorang
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, lingkungan (alam
sekitarnya), keluarga, masyarakat dan sebagainya. Adapun cara menumbuhkan dan
membiasakan akhlak terpuji tersebut antara lain:
1. Menumbuhkan dan memelihara akhlak
terpuji Rendah hati (Tawadh’u).
Manusia sebagai makhluk Allah yang
mulia dalam kata lain luhur dan mulia dari makhluk lain, memang diberi beberapa
keistimewaan dan kelebihan, jasmani yang bagus dan rohani yang lengkap, dengan
karunia akal dan iman yang sempurna. Sabar Kalau kita ucapkan lafadz
“Basmallah” berarti telah tumbuh keyakinan dalam diri kita bahwa Allah maha
pengasih dan maha penyayang. Oleh karena itu apapun yang terjadi pada diri kita
berarti dasarnya kasih sayang dari Allah SWT. Hanya saja yang kita terima ada
berupa nikmat yang menggembirakan, adapula berupa musibah yang menimpa diri
kita yang menyedihkan, menghadapi semua itu kita dituntut untuk bersifat sabar.
2. Jujur
Jujur adalah suatu sifat yang terpuji,
arti jujur ialah benar dalam perkataan sesuai dengan hati ang sesungguhnya
tidak menutup-nutupi kebenaran atau kesalahan, dengankata lain yang salah
dikatakan salah dan yang benar dikatakan benar. Oleh karena itu kejujuran
merupakan modal mencapai sukses. Kita dapat mencontoh sifat jujur pada diri
Rasulullah SAW. Sehingga sejak remaja beliau mendapat gelar Al-Amin artinya
orang yang jujur. Sabda Rasulullah SAW :Artinya : “Lajimi olehmu melakukan
kejujuran, karena jujur menunjukkan kebaikan dan kebaikan memberi petunjuk
kesurga”. Maka dalam hal ini setiap muslimin hendaknya dapat menumbuhkan dalam
jiwanya sifat jujur bagaimanpun caranya.
3. Pemaaf
Dalam setiap diri manusia terdapat dua unsur yaitu akal dan nafsu, ada kalanya pertimbangan akal dikalahkan oleh dorongan nafsu. Jiwa dan akal yang dipengaruhi oleh nafsu yang akan menimbulkan emosi yang tidak terkendalikan yaitu marah. Marah itu biasaya disebabkan akibat kesalahan pihak lain, menghadapi situasi yang demikian agama Islam memberi pelajaran kepada kita agar menjauhkan diri dari sifat marah dan suka memaafkan kesalahan orang lain.
Memberi maaf atas kesalahan orang lain yang telah merugikan kita, merupakan pengorbanan moril yang cukup tinggi nilainya. Sebab hanya orang yang berjiwa besarlah yang mudah memberikan maaf kepada saudaranya yang telah berbuat salah. Sifat pemaaf merupakan sifat terpuji yang harus ditumbuhkan pada setiap kaum muslimin, adapun cara menumbuhkannya, diantaranya sebagai berikut : Menyadari bahwa manusia adalah sering berbuat salah dan lupa, dengan kenyataan ini maka memaafkan kesalah orang lain akan muda dilakukan, terutama karena didorong oleh iman yang kuat. Salah satu yang dapat menyenangkan orang lain adalah, jika kesalahan yang diperbuatnya dapat kita maafkan. Dengan saling maaf-memaafkan maka persahabatan akan semakin erat terutama sesama muslimin dan permusushan dapat dihindari.
Dalam setiap diri manusia terdapat dua unsur yaitu akal dan nafsu, ada kalanya pertimbangan akal dikalahkan oleh dorongan nafsu. Jiwa dan akal yang dipengaruhi oleh nafsu yang akan menimbulkan emosi yang tidak terkendalikan yaitu marah. Marah itu biasaya disebabkan akibat kesalahan pihak lain, menghadapi situasi yang demikian agama Islam memberi pelajaran kepada kita agar menjauhkan diri dari sifat marah dan suka memaafkan kesalahan orang lain.
Memberi maaf atas kesalahan orang lain yang telah merugikan kita, merupakan pengorbanan moril yang cukup tinggi nilainya. Sebab hanya orang yang berjiwa besarlah yang mudah memberikan maaf kepada saudaranya yang telah berbuat salah. Sifat pemaaf merupakan sifat terpuji yang harus ditumbuhkan pada setiap kaum muslimin, adapun cara menumbuhkannya, diantaranya sebagai berikut : Menyadari bahwa manusia adalah sering berbuat salah dan lupa, dengan kenyataan ini maka memaafkan kesalah orang lain akan muda dilakukan, terutama karena didorong oleh iman yang kuat. Salah satu yang dapat menyenangkan orang lain adalah, jika kesalahan yang diperbuatnya dapat kita maafkan. Dengan saling maaf-memaafkan maka persahabatan akan semakin erat terutama sesama muslimin dan permusushan dapat dihindari.
4. Penyantun
Penyantun adalah suatu sifat terpuji yang patut ditanamkan, ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri seorang muslim, cara yang dapat kita lakukan untuk dapat menumbuhkan sifat ini, sebagai berikut:
Penyantun adalah suatu sifat terpuji yang patut ditanamkan, ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri seorang muslim, cara yang dapat kita lakukan untuk dapat menumbuhkan sifat ini, sebagai berikut:
a. Pertama-tama kita belajar mengenal
semua famili dan tetangga dekat, bergaulah dengan memperhatikan nasehat orang
tua, guru dan orang lain yang dihormati.
b. Belajarlah meringankan beban orang
lain tanpa mengharapkan imbalan.
c. Belajar mengasihani fakir miskin dengan
member sumbangan alakadarnya sesuai kemampuan.
5. Cermat
Cermat artinya teliti dan hati-hati serta penuh kewaspadaan. Sifat cermat ada pikiran dan perbuatan, pikiran yang cermat dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, dengan berdasakan perhitungan yang matang serta memperhatikan segi maslahat dan mudharat dalam melaksanakan suatu tindakan adakah sebagai ciri khas orang yang bijaksana.
Cermat artinya teliti dan hati-hati serta penuh kewaspadaan. Sifat cermat ada pikiran dan perbuatan, pikiran yang cermat dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, dengan berdasakan perhitungan yang matang serta memperhatikan segi maslahat dan mudharat dalam melaksanakan suatu tindakan adakah sebagai ciri khas orang yang bijaksana.
Membiasakan perbuatan
terpuji :
1. Taat kepada perintah Allah dan Rasul.
Taat kepada perintah Allah dan Rasul
adalah merupakan suatu kewajiban yang harus ditaati oleh setiap kaum muslimin.
Untuk menumbuhkan perbuatan ini seseorang harus meyakininya terlebih dahulu dan
kepada orang tua harus menanamkan keyakinan ini kepada anak-anaknya sejak masih
kecil.Didalam agama islam dianjurkan bahwa manusia harus selalu mendekatkan
diri kepada Allah SWT, kepada-Nyalah kita mohon segala harapan dan permintaan.
Dia lah tempat kembali semua persoalan, baik hal-hal yang menggembirakan maupun
yang menyedihkan.
Kita juga harus taat kepada perintah rasul karena secara tidak langsung kita juga telah menaati perintah Allah dan Rasuln-Nya, dapat ditempuh dengan cara ceramah-ceramah agama dan memperbanyak membaca buku-buku tentang sejarah Rasul-rasul allah SWT.
Kita juga harus taat kepada perintah rasul karena secara tidak langsung kita juga telah menaati perintah Allah dan Rasuln-Nya, dapat ditempuh dengan cara ceramah-ceramah agama dan memperbanyak membaca buku-buku tentang sejarah Rasul-rasul allah SWT.
2. Patuh kepada orang tua
Patuh kepada orang tua adalah dengan
cara mematuhi setap perintah-Nya, asal tidak bertentangan dengan agama islam.
Kita wajib mematuhi perintah tersebut, seperti disebutkan oleh Allah dalam
firman-Nya: “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia(Allah SWT), dan hendaklah
kamu berbuat baik kepada ibu dan Bapakmu dengan sebaik-baiknya”.(Q.S.Al-Isra:23)
Kepatuhan kita terhadap perintah
keduanya harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran pengabdian yang tulus
ikhlas, dalam berbakti kepada orang tua. Kalau keduanya memerintahkan agar
melakukan yang bertentangan dengan agama maka tidak perlu mematuhinya, namun
demikian memperlakukan keduanya dengan cara yang baik tetap wajib.
3. Halus budi
Untuk menjadi orang yang halus budi
kita harus berlatih merasakan apa yang dirasakan orang lain misalnya yaitu:
bila orang lain mendapat kegembiraan kita ikut merasakan kegembiraan tersebut,
sebaliknya bila orang lain mendapat kesulitan atas musibah, kita dapat merasakan
penderitaan itu dengan membayangkan bagaimana kalau hal itu terjadi pada diri
kita.Dengan demikian sikap halus budi dapat dinyatakan dalam tingkah laku.
Sikap ini juga dapat membiasakan kita dapat memaafkan orang lain dengan segala
kerendahan hati, sebaliknya kita sendiri berbuat kesalahan dengan ksatria
mengakui kesalahan dan meminta maaf.Dengan sikap budi pula kita akan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menjauhkan sifat iri dengki dan dendam.
Oleh karena itu orang yang halus budi dan tingkah lakunya dapat membuat orang
lain aman dan senang.
4. Memanfaatkan waktu
Pandai memanfaatkan waktu termasuk
perbuatan baik, waktu harus dijaga dan dipelihara dengan cara memanfaatkannya
untuk sesuatu yang mendatangkan keuntungan atau faedah.Memanfaatkan waktu tidak
berarti menghabiskan enek kerja saja akan tetapi dapat membaginya sesuai dengan
keperluan jasmani dan rohani kita. Pandai memanfaat kan waktu untuk kegiatan
yang bermanfaat harus dibiasakan sejak usia muda belia jangan membiasakannya
dengan berpangku tangan sebab sulit untuk mencapai cita-cita atau maksud dan
tujuan.
Cara Mencegah Akhlak
Yang Tercela
Sifat-sifat atau perbuatan tercela
harus dihilangkan pada diri setiap muslimin bagaimanapun caranya, sebab
perbuatan-perbuatan tercela akan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain
disekitarnya. Usaha-usaha untuk mencegak perbuatan tercela ini dapat dihindarkan
dengan cara-cara menjauhi sifat tercela yaitu :
1. Takabur
Usaha menjauhi sifat takabur ini dapat
ditempuh dengan cara antara lain :
Menyadari hakikat kejadian manusia dan menyakini kebesaran Allah SWT. Dengan cara demikian akan timbul sifat rendah hati, tidak takabur dan sombong.Membentengi diri dari setiap pengaruh yang menyebabkan seperti :Takabur karena ilmu, hal ini bisa dihilangkan dengan menyadari bahwa ilmu yang dimiliki sangat terbatas dan keterbatasannya itulah manusia dianjurkan menuntut ilmu sampai akhir hayatnya.
Takabur karena harta, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa sifat harta tidak kekal dan merupakan titipan Allah yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah.Takabur karena kekuatan fisik, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa, bila diserang penyakit fisik tidak berdaya dan yang mempunyai kekuatan hanyalah Allah SWT.Takabur karena ketampanan dan kecantikan, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa ketampanan dan kecantikan tidak akan kekal dan tidak mempunyai arti apa-apa kalau tidak dihiasi dengan akhlak yang luhur atau mulus.
Menyadari hakikat kejadian manusia dan menyakini kebesaran Allah SWT. Dengan cara demikian akan timbul sifat rendah hati, tidak takabur dan sombong.Membentengi diri dari setiap pengaruh yang menyebabkan seperti :Takabur karena ilmu, hal ini bisa dihilangkan dengan menyadari bahwa ilmu yang dimiliki sangat terbatas dan keterbatasannya itulah manusia dianjurkan menuntut ilmu sampai akhir hayatnya.
Takabur karena harta, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa sifat harta tidak kekal dan merupakan titipan Allah yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah.Takabur karena kekuatan fisik, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa, bila diserang penyakit fisik tidak berdaya dan yang mempunyai kekuatan hanyalah Allah SWT.Takabur karena ketampanan dan kecantikan, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa ketampanan dan kecantikan tidak akan kekal dan tidak mempunyai arti apa-apa kalau tidak dihiasi dengan akhlak yang luhur atau mulus.
2. Pemarah
Sifat pemarah merupakan salah satu sifat tercela. Oleh karena itu harus dihindarkan, adapun caranya untuk menghindarkan diri dari sifat ini adalah sebagai berikut :
Sifat pemarah merupakan salah satu sifat tercela. Oleh karena itu harus dihindarkan, adapun caranya untuk menghindarkan diri dari sifat ini adalah sebagai berikut :
a. Dengan menyadari bahwa sifat manusia
adalah lemah dan pelupa serta bersifat salah, tidak ada manusia yang sempurna
b. Melatih diri untuk dapat mengendalikan
emosi, hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat masalah tersebut dengan apa
adanya.
c. Mengusahakan diri sendiri senantiasa
dalam keadaan suci, mislanya berwudhu. Pada dasarnya wudhu membersihkan anggota
badan akan tetapi sebenarnya wudhu sekaligus membersihkan rohani dari kotoran
akibat godaan syetan.
d. Mengendalikan emosi atau marah sangat
bermanfaat bagi diri sendiri. Rasulullah menjanjikan keselamatan bagi
orang-orang yang dapat mengendalikan emosi sebagaimana beliau bersabda :“Dari Annas berkata : Rasulullah SAW, telah
menyatakan bahwa : “Barangsiapa menjauhkan marahnya niscaya Allah jauhkan
daripada azab” (H.R. Tabrani)
3. Iri dengki,
Sifat ini merupakan sifat tercla yang
harus dihilangkan dalam hati setiap muslimin, adapun caranya : Kita harus bisa
menyakini harta atau kelebihan seseorang itu adalah titipan dari Allah SWT.
Kita hendaknya menyadari, bahwa karunia dan keberuntungan yang diperoleh orang
lain, disebabkan orang tersebut mendapat rahmat dari Allah SWT.
4. Dendam
Sifat dendam ini dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut : Menyadari bahwa sifat manusia tidak sempurna dan selalu salah, dengan demikian mudah memberi maaf bila pihak lain berbuat salah atau kekeliaruan. Melihat suatu masalah secara tepat sehingga dapat menundukkan atau menempatkan pada asalnya untuk menghindari salah faham. Bila diri sendiri berbuat salah segeralah meminta maaf dan pihak lain yang berbuat salah maka maafkanlah dengan ikhlas. Situasi yang demikian dapat membuang sifat dendam
Sifat dendam ini dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut : Menyadari bahwa sifat manusia tidak sempurna dan selalu salah, dengan demikian mudah memberi maaf bila pihak lain berbuat salah atau kekeliaruan. Melihat suatu masalah secara tepat sehingga dapat menundukkan atau menempatkan pada asalnya untuk menghindari salah faham. Bila diri sendiri berbuat salah segeralah meminta maaf dan pihak lain yang berbuat salah maka maafkanlah dengan ikhlas. Situasi yang demikian dapat membuang sifat dendam
5. Tidak disiplin, Sifat tidak disiplin
dapat dicegah dengan cara :
a. Meyakini akan akibat negatif atau
kerugian yang dialami seseorang yang tidak disiplin.
b. Melatih disiplin dari hal-hal yang
sederhana misalnya seperti, membagi waktu dalam kegiatan sehari-hari, mulai
bangun tidur sampai waktu sore dan malam.
c. Jangan membiasakan melanggar disiplin
d. Menegakkan disipli secara bersama-sama
dirumah, sekolah, kantor dan dimana saja.
6. Serakah
Sifat serakah dapat dihindarkan dengan cara-cara sebagai berikut: Menyadari bahwa manusia bukan hanya sebagai makhluk pribadi akan tetapi juga sebagai makhluk sosial yang hidupnya saling membutuhkan. Menyadari pula bahwa nikmat seperti rizki dan musibah adalah berasal dari Allah untuk segala manusia. Melatih diri untuk membiasakan membantu orang lain dan memperhatikan kepentingannya. Dalam hidup ini kita dianjurkan untuk tidak hanya melihat keatas, tapi sekali-kali perlu melihat kebawah, artinya orang-orang yang lebih rendah status ekonominya, dengan cara demikian kita akan merasa cukup dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita.
Sifat serakah dapat dihindarkan dengan cara-cara sebagai berikut: Menyadari bahwa manusia bukan hanya sebagai makhluk pribadi akan tetapi juga sebagai makhluk sosial yang hidupnya saling membutuhkan. Menyadari pula bahwa nikmat seperti rizki dan musibah adalah berasal dari Allah untuk segala manusia. Melatih diri untuk membiasakan membantu orang lain dan memperhatikan kepentingannya. Dalam hidup ini kita dianjurkan untuk tidak hanya melihat keatas, tapi sekali-kali perlu melihat kebawah, artinya orang-orang yang lebih rendah status ekonominya, dengan cara demikian kita akan merasa cukup dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita.
Mencegah perbuatan
tercela
1. Durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua tidak akan
terjadi bila kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut :Melaksanakan kewajiban
anak terhadap orang tua. Meyakini akibat fatal yang terjadi apabila berbuat
durhaka kepada orang tua.
2. Sadis
Perbuatan sadis dapat dicegah apabila
seseorang memperhatikan hal-hal sebagai berikut :Meltih diri sejak masih muda
belia untuk menyayangi sesama makhluk
Menyadari bahwa Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang mulia dan isi alam ini disediakan untuk manusia, tapi harus memperlakukan alam sesuai dengan ajaran Islam
Menyadari bahwa Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang mulia dan isi alam ini disediakan untuk manusia, tapi harus memperlakukan alam sesuai dengan ajaran Islam
3. Lalai
Mencegah perbuatan lalai dapat dilakukan dengan cara antara lain :
Mencegah perbuatan lalai dapat dilakukan dengan cara antara lain :
a. Bersaing secara sehat dalam melakukan
suatu kegiatan yang positif, hal ini dapat menghindarkan pemborosan waktu,
karena masing-masing ingin memperlihatkan kerjanya secara cepat dan tepat.
b. Aktif dalam organisasi mulai yang
tingkat sederhana seperti, Osis, Remaja Mesjid, Karang Taruna dan sebagaianya.
4. Curang
Perbuatan curang dapat dihindarkan dengan cara-cara sebagai berikut : Bila ada orang yang berbuat curang, kita hendaknya harus berani menegurnya atau memperingatinya. Dengan cara demikian berarti kita menegur dan memperingatkan diri kita sendiri. Usahakan bergaul dengan orang yang baik-baik, jangan suka bergaul dengan orang yang suka berbuat curang, khianat, pembohong dan sebagianya. Jangan sekali-kali mencoba berbuat curang, karena kalau sekali saja hal itu dilakukan akan menjadi kebiasaan.
Perbuatan curang dapat dihindarkan dengan cara-cara sebagai berikut : Bila ada orang yang berbuat curang, kita hendaknya harus berani menegurnya atau memperingatinya. Dengan cara demikian berarti kita menegur dan memperingatkan diri kita sendiri. Usahakan bergaul dengan orang yang baik-baik, jangan suka bergaul dengan orang yang suka berbuat curang, khianat, pembohong dan sebagianya. Jangan sekali-kali mencoba berbuat curang, karena kalau sekali saja hal itu dilakukan akan menjadi kebiasaan.
5. Ceroboh
Perbuatan ceroboh dapat dihindarkan dengan cara sebagai berikut :
Perbuatan ceroboh dapat dihindarkan dengan cara sebagai berikut :
a. Memahami dari setiap tindakan,
sehingga dapat mempertimbangkan akibat dari tindakan tersebut.
b. Memperhitungkan kebaikan dan keburukan
dari perbuatan tersebut, sehingga yakin bahwa kebaikan akan membawa manfaat
baik untuk diri sendiri.
c. Bertangung jawab atas yang akan atau
yang sudah dilakukan, karena rasa tanggung jawab itulah maka setiap tindakan
jangan dilakukan secara sembrono.
Hikmah Pribadi Berakhlak
Baik
Terhadap diri sendiri. Apabila kita
melakukan perbuatan terpuji akan dapat mempertebal keimanan seseorang, karena
Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya adalah untuk
memimpin manusia kearah kebaikan akhlak, agar timbul gairah kepada mereka untuk
berbuatan kebaikan dan menjauhi kejelekan akhlak adalah tiang pembangunan umat,
rahasia kebesaran-Nya menjadi dasar dari kehidupan dan kebanggaan, bila baik
akhlak manusia maka akan baik pulalah semua perbuatannya dan akan harmonislah
hubungannya, baik dengan Allah yang Maha Pencipta, dengan sesama manusia dan
dengan alam sekitarnya. Selain dapat mempertebal keimanan akan dapat pula
menambah giat beribadah, seperti diketahui bahwa ibadah pokok dalam Islam
adalah : Shalat, Puasa, Zakat dan Haji, tidak hanya untuk mendekatkan hubungan
dengan Allah SWT, tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap pembentukan budi
pekerti yang baik, mislanya :
a. Shalat
Shalat dapat mencegah kejahatan
dankemunkaran. Kejahatan adalah perbuatan yang amat keji, baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Sedangkan kemunkaran ialah suatu perbuatan buruk yang tidak
dibenarkan oleh akal dan hati manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa kejahatan
dan kemunkaran itu masuk dalam kategori budi pekerti/akhlak yang buruk yang
merusak kehidupan pribadi dan masyarakat yang harus dihindarkan jauh-jauh.
b. Puasa
Puasa dapat menciptakan sifat taqwa
dan taqwa itu suatu budi pekerti yang baik, karena didalam taqwa mengandung 3
(tiga) unsur : Menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT, Menghindarkan
perbuatan yang merugikan diri sendiri, Menjauhkan diri dari perbuatan yang
merugikan orang lain
c. Zakat
Zakat dapat menimpa jiwa yang suci dan yang bersih, salah satu sifat dan tabiat manusia yang buruk ialah rakus, serakah dan kikir untuk memberantas sisfat manusia yang buruk itulah diwajibkan zakat. Hal ini mempunyai pengaruh dalam pembinaan akhlak manusia, agar senantiasa mencintai yang lemah (fakir miskin)
Zakat dapat menimpa jiwa yang suci dan yang bersih, salah satu sifat dan tabiat manusia yang buruk ialah rakus, serakah dan kikir untuk memberantas sisfat manusia yang buruk itulah diwajibkan zakat. Hal ini mempunyai pengaruh dalam pembinaan akhlak manusia, agar senantiasa mencintai yang lemah (fakir miskin)
d. Haji
Ibadah haji ini dapat menghindarkan kejahatan dan permusuhan seperti dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (Q.S.Al-Baqarah : 197)
Ibadah haji ini dapat menghindarkan kejahatan dan permusuhan seperti dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (Q.S.Al-Baqarah : 197)
Dari beberapa uraian sisngkat diatas
kiranya dapat difahami bahwa ibadah mempunyai pengaruh yang posistif terhadap
pembinaan akhlak yang baik. Tegasnya bila ingin meningkatkan akhlak yang baik
lakukanlah ibadah dengan baik dan sempurna.
III.
KESIMPULAN
Ø Dalam Aqidah
1. Setiap pribadi seorang muslim harus
memiliki prinsip hidup dan kesadaran insan berupa tauhid kepada Allah SWT yang
benar,ikhlas,dan penuh ketundukan sehingga terpancar sebagai ibad ar Rahman
yang menjalani kehidupan dengan benar – benar menjadi mukmin ,muslim ,mutaqin
,dan muhsin yang paripurna.
2. Setiap pribadi seorang muslim wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai
sumber seluruh kegiatan hidup,tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan
tauhid itu,dan tetap menjauhi serta menolak syirik ,tahayul,bid’ah,khurafat
yang menodai iaman dan tauhid kepada Allah SWT.
Ø Dalam Akhlak
1. Setiap pribadi seorang muslim dituntut
untuk meneladani perilaku Nabi dalam mempraktikan akhlaq mulia ,sehingga
menjadi uswatun hasanah yang diteladani oleh sesame berupa sifat sidiq,amanah
,tabligh,dan fathanah.
2. Setiap pribadi seorang muslim dalam
melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang
ikhlas dalm wujud amal – amal saleh dan ihsan ,serta menjauhkan diri dari
perilaku riya ,sombong,dan kemunkaran.
3. Setiap pribadi seorang muslim dituntut
untuk menunjukan akhlaq yang mlia (akhlaq karimah)sehingga disukai / diteladani
dan menjauhkan diri dari akhlaq yang tercela (akhlaq madzmumah)yang menyebabkan
dibenci dan dijauhi sesame.
4. Setiap pribadi seorang muslim
dimanapun bekerja dan menunaikan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari harus
benar-benar menjauhkan diri dari perbuatan korupsi dan kolusi serta
praktik-parktik buruk lainnya yang merugikan hak-hak public dan membawa
kehancuran dalam kehidupan di dunia ini.
Ø Dalam Ibadah
1. Setiap pribadi seorang muslim dituntut
untuk senantiasa memberikan jiwa / hati kearah terbentuknya pribadi yang
mutaqin dengan beribadah yang tekun dan menjauhkan diri dari jiwa / nafsu yang
buruk,sehingga terpancar kepribadianyang soleh yang menghadirkan kedamain dan
kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
2. Setiap pribadi seorang muslim
melaksanakan ibadah mahdah dengan sebaik-baiknya dan menghidup suburkan amal
nawafil(ibadah sunnah)sesuai dengan tuntunan Rosulullah serta menghiasi diri
dengan iman yang kokoh,ilmu yanga luas,dan amal yang soleh yang tulus sehingga
tercermin dalam kepribadian dan tingkah laku yang terpuji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar