“KEHIDUPAN ISLAMI PRIBADI DALAM AQIDAH, IBADAH DAN AKHLAK”

MAKALAH SERTIFIKASI 3
“KEHIDUPAN ISLAMI PRIBADI DALAM AQIDAH, IBADAH DAN AKHLAK”

DISUSUN OLEH :
1.       Lokana Firda Amrina                       ( 09006020 )
2.       Dwi Ari Anto                                       ( 09006021 )
3.       Radiwan                                               ( 09006022 )
4.       Agus Susila                                          ( 09006023 )
5.       Muhammad Nur Bintoro              ( 09006027 )
6.       Anisa Ayu                                            ( 09006028 )
7.       Yan  Puspita Sari                               ( 09006031 )
8.       Novia Amalia                                      ( 09006032 )
9.       Muhammad Ismail                          ( 09006036 )
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum wr.wb.
            Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas sertifikasi III dengan judul “Kehidupan Islami pribadi dalam akidah, ibadah dan akhlak” tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw., Keluarga, Sahabat dan para pengikutnya yang memegang teguh ajarannya sampai akhir hayat.
            Penulis mengucapkan terimakasih dengan penuh hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1.      Anhar Anshori, sebagai dosen pembimbing
2.      Teman-teman dan semua pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tak langsung telah membantu kami
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk pembelajaran di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.
                                                                                    Yogyakarta, 3 Juni 2011


                        Penulis



 
                                                                                                                                              I.            PENDAHULUAN

Ø Latar Belakang
Pengertian Aqidah secara bahasa aqidah berasal dari kata aqada yang berarti buhul dan mahkota. Dalam konteks ini aqidah berarti sesuatu yang terbuhul didalam hati dan dihormati seperti mahkota. Secara istilah aqidah adalah : “sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh oleh manusia berdasarkan fitrah, akal dan wahyu. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati, diyakini kesahihannya dan ditolak kebenaran selainnya.” Ibadah adalah bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan jalan mentaati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah. Pengertian akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jama’ dari “khuluk” yang artinya budi pekerti, watak, tabiat. Yakni suatu daya kekuatan dalam jiwa manusia yang nampak dalam tindakan, perbuatan dan tingkah laku. Jiwa kekuatan itu lahir dengan tingkah laku yang baik dinamakan akhlakul mahmudah atau akhlakul karimah, artinya akhlak yang mulia atau terpuji. Sebaliknya bila daya itu melahirkan perbuatan buruk dinamakan akhlakul madzmumah, artinya akhlak yang tercela.
Dalam keseluruhan ajaran Islam, Aqidah, Ibadah dan akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Ajaran islam yang terbagi dalam sistematika Aqidah, Ibadah, Akhlak, dan Mu’amalat atau Aqidah, Syari’ah dan Akhlak, atau Iman, Islam dan  Ihsan, maka ketiga aspek atau keempat aspek tersebut tidak dapat dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling terikat.
Seseorang yang memiliki Aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan Ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah sesorang tidak akan diterima oleh Allah swt.kalau tidak dilandasi dengan Aqidah. Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar.
Dengan senang hati, penyusun bersedia membahas tentang “Kehidupan Islami pribadi dalam Aqidah,Ibadah dan Akhlak” guna untuk memenuhi tugas Sertifikasi 3 dan penambah wawasan keislaman. Dengan makalah ini diharapkan pembaca mengerti Aqidah, Ibadah dan Akhlak dalam kehidupan pribadinya serta dapat pula menjadi suri tauladan yang baik.
Ø Tujuan
Terbentuknya perilaku Inividu yang sholeh dan sholihah secara menyeluruh yang dapat menunjukkan keteladanan yang baik menuju pribadi islami yang sebenar-benarnya.

Ø Rumusan Masalah
1.    Pengertian dan pembahasan kehidupan Islami dalam Aqidah
2.    Pengertian dan pembahasan kehidupan Islami dalam Ibadah
3.    Pengertian dan pembahasan kehidupan Islami dalam Akhlak














                                                                                                                                              II.            PEMBAHASAN

Ø AQIDAH ( PRIBADI )
Pengertian Aqidah secara bahasa, aqidah berasal dari kata aqada yang berarti buhul dan mahkota. Dalam konteks ini aqidah berarti sesuatu yang terbuhul didalam hati dan dihormati seperti mahkota. Secara istilah aqidah adalah : “sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh oleh manusia berdasarkan fitrah, akal dan wahyu. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati, diyakini kesahihannya dan ditolak kebenaran selainnya.”
Sumber Aqidah Islam : Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasul dalam Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan). Akal hanyalah berfungsi untuk memahami kedua sumber tersebut atau untuk membuktikan kebenarannya. Tetapi untuk tugas itupun kemampuan akal sangat terbatas.
Sendi-sendi Aqidah Islam :
1.    Iman kepada Allah
2.    Iman kepada Malaikat
3.    Iman kepada kitab-kitab-Nya
4.    Iman kepada para Rasul-Nya
5.    Iman kepada hari Akhir
6.    Iman kepada Qada’ dan Qadar
Konsepsi Tauhid
Aqidah Islam adalah iman kepada Allah swt. esensi iman kepada Allah swt adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya baik dalam dzat, asma ‘wa shifat maupun perbuatan-perbuatannya (af’al).
Tauhid dibedakan menjadi tiga tahapan :
1.    Tauhid Rubbubiyah : Mengimani Allah sebagai satu-satunya Rabb yang mencakup pegertian Khaliq (Maha Pencipta), Raziq (Maha Pemberi Rezki), Hafizh (Maha Memelihara), Mudadbir (Maha Mengelola) dan Malik (Maha Memiliki).
2.    Tauhid Mulkiyah : Mengimani Allah sebagai satu-satunya Raja yang berdaulat bagi seluruh alam, yang mencakup pengertian Wali (Pemimpin), Hakim (Penguasa yang menentukan hukum dan semua peraturan kehidupan) dan Ghayah (Yang menjadi tujuan segala sesuatu).
3.    Tauhid Ilahiyah : Mengimani Allah sebagai satu-satunya Al-Ma’bud (Yang disembah). Ibadah dalam arti tunduk patuh kepada Allah swt. dalam seluruh aspek kehidupan.
Antara ketiga tahapan Tauhid diatas berlaku dua teori (dalil) yaitu :
1.    Dalilut Talazum (Teori Kemestian) maksudnya konsekuensi logis dari Tauhid Rubbubiyah adalah Tauhid Mulkiyah dan Tauhid Ilahiyah. Seseorang yang mengimani Allah sebagai Rabb mestinya harus mengimani Allah sebagai Ilah.
2.    Daililut Tadhamun (Teori Pencakupan) maksudnya iman dengan Tauhid Ilahiyah sudah mencakup iman dengan Tauhid Mulkiyah dan Rubbubiyah. Seseorang yang mengimani Allah sebagai Ilah berarti telah mengimani Allah sebagai Malik dan Rabb.
Fungsi aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa fondasi.
Ajaran Islam kita terbagi dalam sistematika Aqidah, Ibadah, Akhlak dan Mu’amalat atau Aqidah, Syari’ah dan Akhlak atau Iman, Islam dan Ihsan, maka ketiga aspek atau keempat aspek diatas tidak dapat dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling terikat.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik.ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah swt.kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal misalnya zakat tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. Atau seseorang bisa saja pura-pura melaksanakan ajaran formal islam tapi Allah tidak akan member nilai kalau tidak dilandasi dengan aqidah yang benar.
Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saw.selama 13 tahun periode Mekkah memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam dengan mudah bisa berdiri di periode Madinah dan bangunan itu akan bertahan terus sampai akhir kiamat.
Ø IBADAH ( PRIBADI )
Istilah ibadah dilihat dari arti bahasa berarti taat dan tunduk disertai dengan merendahkan diri. Pengertian ibadah menggambarkan “tunduknya seseorang terhadap ketinggian dan keunggulan orang lain ,hingga ia turun dari derajat kebebasan dan melepaskan kemerdekaan untuk orang tersebut ,dengan meninggalkan perlawanan dan pendurhakaan serta mengikutinya dengan patuh”(Maududi,Pengertian agama,Ibadah dan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Al-qur’an ;111-112). Sedangkan menurut arti istilah ,sebagaimana yang dirumuskan Majelis tarjih dinyatakan bahwa ibadah ialah bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan menaati segala perintah-Nya ,menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang dizinkan-Nya. Selanjutnya pengertian ibadah itu dibedakan menjadi dua ,yaitu:
a.Ibadah umum atau disebut juga dengan istilah muamalat duniawiyat yaitu segala amalan yang diizinkan Allah.
b.Ibadah khusus atau sering disebut juga dengan istilah ibadah mahdlah ,ialah apa yang telah ditetapkan Allah perincian-perinciannya ,tingkah laku dan cara-caranya yang tertentu.
Prinsip-prinsip Ibadah :
a.    Yang berhak disembah (al ma’bud wahdahu) hanyalah Allah swt.
b.    Ibadah tanpa perantara
c.    Ikhlas sendi ibadah yang akan diterima
d.    Ibadah sesuai dengan tuntunan
e.    Memelihara keseimbangan antar unsur rohani dan jasmani
f.     Mudah dan meringankan
Niat Dalam Beribadah
Niat adalah ketetapan hati untuk melakukan sesuatu. Misalnya niat shalat, niat puasa dan lain-lain. Niat jjuga menentukan tujuan dan maksud dari suatu perbuatan dan menentukan kualitas pahala dari suatu perbuatan. Misalnya niat karena Allah swt.(ikhlas) atau bukan karena Allah swt.(riya).
Segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, seseorang akan mendapatkan hasil sesuai dengan niatnya. Rasulullah bersabda : “Segala amal perbuatan tergantung pada niat. Bagi tiap-tiap orang yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya menuju (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kearah (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrah-Nya itu karena (harta dan kemegahannya) dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya itu kearah yang ditujunya.” (HR.Bukhari Muslim).
 “Katakanlah : ‘Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan ‘. Dan (katakanlah) : ‘Luruskan muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan )demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya”. (Q.S. Al-A’raaf:29)
Niat yang tidak ikhlas dinamakan Riya, yaitu beramal bukan karena Allah dan bukan pula untuk mencari ridha Allah. Rasulullah saw.menamakan riya itu dengan syirik kecil : “Sesungguhnya yang saya takuti atas kamu ialah syirik kecil. Para sahabat bertanya : apakah yang dimaksud syirik kecil itu ya Rasulullah? Nabi menjawab : Riya. ketika manusia datang untuk meminta balasan atas amal perbuatan yang mereka lakukan maka Tuhan berkata pada mereka : Pergilah temui orang-orang yang karena mereka kamu beramal didunia, niscaya kamu akan sadar apakah kamu akan memperoleh balasan kebaikan dari mereka?”
Karena manusia merupakan makhluk Allah yang mulia daripada makhluk-makhluk lainnya, kemuliaan ini ditandai dengan diberikannya akal pikiran pada manusia sehingga bisa memilih dan memilah apa yang terbaik untuknya .Setiap pemuliaan menuntut adanya tugas dan beban,beban tugas itu tergantung pada akal ini, karena tidak ada beban dan tugas bagi orang yang tidak berakal, seperti orang gila , anak kecil, orang tidur, orang pingsan dan lain sebagainya.
Allah swt berfirman :
wamakhalaktu jinna wainsa illaliyakbudun
artinya: “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepada-Ku”
Adapun tugas manusia di dunia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Secanggih apapun otak manusia, sekuat apapun badan manusia, dan secantik apapun wajah manusia tapi apabila tidak beribadah maka bagi Allah ia tiada harganya. Bersyukurlah kita yang telah mendapatkan hidayah dari Allah sehingga bisa mengenal dan beriman kepada-Nya walaupun banyak sekali kita bermaksiat kepada-Nya. Ibadah yang Allah tugaskan kepada manusia manfaatnya tidak kembali kepada Allah, Allah Maha Kaya dari makhluk-Nya, akan tetapi manfaatnya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Dalam hal ibadah ini kita harus bersumber pada al-qur’an dan as sunnah,agar sesuai apa yang telah diajarkan oleh Rasullah .Sehingga kita sebagai pribadi muslim dalam hal ibadah tidak banyak melakukan bid’ah dan taqlid .Apabila setiap pribadi seorang muslim melakukan ibadah dengan apa yang diperintahkan dalam Al-qur’an dan as sunnah maka tidak mungkin akan tercipta masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
Ø AKHLAK ( PRIBADI )
Pengertian akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jama’ dari “khuluk” yang artinya budi pekerti, watak, tabiat. Yakni suatu daya kekuatan dalam jiwa manusia yang nampak dalam tindakan, perbuatan dan tingkah laku. Jiwa kekuatan itu lahir dengan tingkah laku yang baik dinamakan akhlakul mahmudah atau akhlakul karimah, artinya akhlak yang mulia atau terpuji. Sebaliknya bila daya itu melahirkan perbuatan buruk dinamakan akhlakul madzmudah, artinya akhlak yang tercela.
Akhlak mencakup semua sikap hidup seseorang, baik sikap terhadap Allah, terhadap Rasulullah, terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, terhadap masyarakat, terhadap Negara dan terhadap dunia Internasional juga terhadap alam lain seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Perilaku Pribadi yang Baik (Mahmudah) dan Buruk (Mazmumah)
Akhlak yang baik (mahmudah) adalah semua sikap yang diperintahkan didalam Al-Qur’an dan Sunnah untuk melaksanakannya (baik wajib, sunnah maupun mubah). Akhlak buruk (mazmumah) adalah semua sikap yang dilarang oleh Al-Qur’an dan Sunnah (baik larangannya bernilai haram maupun makruh).
Cara Menumbuhkan Serta Membiasakan Akhlak Yang Baik
Tingkah laku seseorang yang diukur dengan norma yang dianut menentukan nilai kepribadian orang tersebut. Ciri dari kepribadian adalah lahirnya sifat-sifat maupun perbuatan-perbuatan yang baik (terpuji), dan sifat atau perbuatan tersebut dapat dibentuk walaupun menumbuhkan waktu yang cukup lama. Tumbuhnya sifat atau perbuatan seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, lingkungan (alam sekitarnya), keluarga, masyarakat dan sebagainya. Adapun cara menumbuhkan dan membiasakan akhlak terpuji tersebut antara lain:
1.    Menumbuhkan dan memelihara akhlak terpuji Rendah hati (Tawadh’u).
Manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dalam kata lain luhur dan mulia dari makhluk lain, memang diberi beberapa keistimewaan dan kelebihan, jasmani yang bagus dan rohani yang lengkap, dengan karunia akal dan iman yang sempurna. Sabar Kalau kita ucapkan lafadz “Basmallah” berarti telah tumbuh keyakinan dalam diri kita bahwa Allah maha pengasih dan maha penyayang. Oleh karena itu apapun yang terjadi pada diri kita berarti dasarnya kasih sayang dari Allah SWT. Hanya saja yang kita terima ada berupa nikmat yang menggembirakan, adapula berupa musibah yang menimpa diri kita yang menyedihkan, menghadapi semua itu kita dituntut untuk bersifat sabar.
2.    Jujur
Jujur adalah suatu sifat yang terpuji, arti jujur ialah benar dalam perkataan sesuai dengan hati ang sesungguhnya tidak menutup-nutupi kebenaran atau kesalahan, dengankata lain yang salah dikatakan salah dan yang benar dikatakan benar. Oleh karena itu kejujuran merupakan modal mencapai sukses. Kita dapat mencontoh sifat jujur pada diri Rasulullah SAW. Sehingga sejak remaja beliau mendapat gelar Al-Amin artinya orang yang jujur. Sabda Rasulullah SAW :Artinya : “Lajimi olehmu melakukan kejujuran, karena jujur menunjukkan kebaikan dan kebaikan memberi petunjuk kesurga”. Maka dalam hal ini setiap muslimin hendaknya dapat menumbuhkan dalam jiwanya sifat jujur bagaimanpun caranya.
3.    Pemaaf
Dalam setiap diri manusia terdapat dua unsur yaitu akal dan nafsu, ada kalanya pertimbangan akal dikalahkan oleh dorongan nafsu. Jiwa dan akal yang dipengaruhi oleh nafsu yang akan menimbulkan emosi yang tidak terkendalikan yaitu marah. Marah itu biasaya disebabkan akibat kesalahan pihak lain, menghadapi situasi yang demikian agama Islam memberi pelajaran kepada kita agar menjauhkan diri dari sifat marah dan suka memaafkan kesalahan orang lain.
Memberi maaf atas kesalahan orang lain yang telah merugikan kita, merupakan pengorbanan moril yang cukup tinggi nilainya. Sebab hanya orang yang berjiwa besarlah yang mudah memberikan maaf kepada saudaranya yang telah berbuat salah. Sifat pemaaf merupakan sifat terpuji yang harus ditumbuhkan pada setiap kaum muslimin, adapun cara menumbuhkannya, diantaranya sebagai berikut : Menyadari bahwa manusia adalah sering berbuat salah dan lupa, dengan kenyataan ini maka memaafkan kesalah orang lain akan muda dilakukan, terutama karena didorong oleh iman yang kuat. Salah satu yang dapat menyenangkan orang lain adalah, jika kesalahan yang diperbuatnya dapat kita maafkan. Dengan saling maaf-memaafkan maka persahabatan akan semakin erat terutama sesama muslimin dan permusushan dapat dihindari.
4.    Penyantun
Penyantun adalah suatu sifat terpuji yang patut ditanamkan, ditumbuhkan dan dipelihara dalam diri seorang muslim, cara yang dapat kita lakukan untuk dapat menumbuhkan sifat ini, sebagai berikut:
a.    Pertama-tama kita belajar mengenal semua famili dan tetangga dekat, bergaulah dengan memperhatikan nasehat orang tua, guru dan orang lain yang dihormati.
b.    Belajarlah meringankan beban orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
c.    Belajar mengasihani fakir miskin dengan member sumbangan alakadarnya sesuai kemampuan.
5.    Cermat
Cermat artinya teliti dan hati-hati serta penuh kewaspadaan. Sifat cermat ada pikiran dan perbuatan, pikiran yang cermat dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, dengan berdasakan perhitungan yang matang serta memperhatikan segi maslahat dan mudharat dalam melaksanakan suatu tindakan adakah sebagai ciri khas orang yang bijaksana.
Membiasakan perbuatan terpuji :
1.    Taat kepada perintah Allah dan Rasul.
Taat kepada perintah Allah dan Rasul adalah merupakan suatu kewajiban yang harus ditaati oleh setiap kaum muslimin. Untuk menumbuhkan perbuatan ini seseorang harus meyakininya terlebih dahulu dan kepada orang tua harus menanamkan keyakinan ini kepada anak-anaknya sejak masih kecil.Didalam agama islam dianjurkan bahwa manusia harus selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, kepada-Nyalah kita mohon segala harapan dan permintaan. Dia lah tempat kembali semua persoalan, baik hal-hal yang menggembirakan maupun yang menyedihkan.
Kita juga harus taat kepada perintah rasul karena secara tidak langsung kita juga telah menaati perintah Allah dan Rasuln-Nya, dapat ditempuh dengan cara ceramah-ceramah agama dan memperbanyak membaca buku-buku tentang sejarah Rasul-rasul allah SWT.
2.    Patuh kepada orang tua
Patuh kepada orang tua adalah dengan cara mematuhi setap perintah-Nya, asal tidak bertentangan dengan agama islam. Kita wajib mematuhi perintah tersebut, seperti disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia(Allah SWT), dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu dan Bapakmu dengan sebaik-baiknya”.(Q.S.Al-Isra:23)
Kepatuhan kita terhadap perintah keduanya harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran pengabdian yang tulus ikhlas, dalam berbakti kepada orang tua. Kalau keduanya memerintahkan agar melakukan yang bertentangan dengan agama maka tidak perlu mematuhinya, namun demikian memperlakukan keduanya dengan cara yang baik tetap wajib.
3.    Halus budi
Untuk menjadi orang yang halus budi kita harus berlatih merasakan apa yang dirasakan orang lain misalnya yaitu: bila orang lain mendapat kegembiraan kita ikut merasakan kegembiraan tersebut, sebaliknya bila orang lain mendapat kesulitan atas musibah, kita dapat merasakan penderitaan itu dengan membayangkan bagaimana kalau hal itu terjadi pada diri kita.Dengan demikian sikap halus budi dapat dinyatakan dalam tingkah laku. Sikap ini juga dapat membiasakan kita dapat memaafkan orang lain dengan segala kerendahan hati, sebaliknya kita sendiri berbuat kesalahan dengan ksatria mengakui kesalahan dan meminta maaf.Dengan sikap budi pula kita akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menjauhkan sifat iri dengki dan dendam. Oleh karena itu orang yang halus budi dan tingkah lakunya dapat membuat orang lain aman dan senang.
4.    Memanfaatkan waktu
Pandai memanfaatkan waktu termasuk perbuatan baik, waktu harus dijaga dan dipelihara dengan cara memanfaatkannya untuk sesuatu yang mendatangkan keuntungan atau faedah.Memanfaatkan waktu tidak berarti menghabiskan enek kerja saja akan tetapi dapat membaginya sesuai dengan keperluan jasmani dan rohani kita. Pandai memanfaat kan waktu untuk kegiatan yang bermanfaat harus dibiasakan sejak usia muda belia jangan membiasakannya dengan berpangku tangan sebab sulit untuk mencapai cita-cita atau maksud dan tujuan.
Cara Mencegah Akhlak Yang Tercela
Sifat-sifat atau perbuatan tercela harus dihilangkan pada diri setiap muslimin bagaimanapun caranya, sebab perbuatan-perbuatan tercela akan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain disekitarnya. Usaha-usaha untuk mencegak perbuatan tercela ini dapat dihindarkan dengan cara-cara menjauhi sifat tercela yaitu :
1.    Takabur
Usaha menjauhi sifat takabur ini dapat ditempuh dengan cara antara lain :
Menyadari hakikat kejadian manusia dan menyakini kebesaran Allah SWT. Dengan cara demikian akan timbul sifat rendah hati, tidak takabur dan sombong.Membentengi diri dari setiap pengaruh yang menyebabkan seperti :Takabur karena ilmu, hal ini bisa dihilangkan dengan menyadari bahwa ilmu yang dimiliki sangat terbatas dan keterbatasannya itulah manusia dianjurkan menuntut ilmu sampai akhir hayatnya.
Takabur karena harta, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa sifat harta tidak kekal dan merupakan titipan Allah yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah.Takabur karena kekuatan fisik, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa, bila diserang penyakit fisik tidak berdaya dan yang mempunyai kekuatan hanyalah Allah SWT.Takabur karena ketampanan dan kecantikan, hal ini dapat dihilangkan dengan cara menyadari bahwa ketampanan dan kecantikan tidak akan kekal dan tidak mempunyai arti apa-apa kalau tidak dihiasi dengan akhlak yang luhur atau mulus.
2.    Pemarah
Sifat pemarah merupakan salah satu sifat tercela. Oleh karena itu harus dihindarkan, adapun caranya untuk menghindarkan diri dari sifat ini adalah sebagai berikut :
a.    Dengan menyadari bahwa sifat manusia adalah lemah dan pelupa serta bersifat salah, tidak ada manusia yang sempurna
b.    Melatih diri untuk dapat mengendalikan emosi, hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat masalah tersebut dengan apa adanya.
c.    Mengusahakan diri sendiri senantiasa dalam keadaan suci, mislanya berwudhu. Pada dasarnya wudhu membersihkan anggota badan akan tetapi sebenarnya wudhu sekaligus membersihkan rohani dari kotoran akibat godaan syetan.
d.    Mengendalikan emosi atau marah sangat bermanfaat bagi diri sendiri. Rasulullah menjanjikan keselamatan bagi orang-orang yang dapat mengendalikan emosi sebagaimana beliau bersabda :“Dari Annas berkata : Rasulullah SAW, telah menyatakan bahwa : “Barangsiapa menjauhkan marahnya niscaya Allah jauhkan daripada azab” (H.R. Tabrani)
3.    Iri dengki,
Sifat ini merupakan sifat tercla yang harus dihilangkan dalam hati setiap muslimin, adapun caranya : Kita harus bisa menyakini harta atau kelebihan seseorang itu adalah titipan dari Allah SWT. Kita hendaknya menyadari, bahwa karunia dan keberuntungan yang diperoleh orang lain, disebabkan orang tersebut mendapat rahmat dari Allah SWT.
4.    Dendam
Sifat dendam ini dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut : Menyadari bahwa sifat manusia tidak sempurna dan selalu salah, dengan demikian mudah memberi maaf bila pihak lain berbuat salah atau kekeliaruan. Melihat suatu masalah secara tepat sehingga dapat menundukkan atau menempatkan pada asalnya untuk menghindari salah faham. Bila diri sendiri berbuat salah segeralah meminta maaf dan pihak lain yang berbuat salah maka maafkanlah dengan ikhlas. Situasi yang demikian dapat membuang sifat dendam
5.    Tidak disiplin, Sifat tidak disiplin dapat dicegah dengan cara :
a.    Meyakini akan akibat negatif atau kerugian yang dialami seseorang yang tidak disiplin.
b.    Melatih disiplin dari hal-hal yang sederhana misalnya seperti, membagi waktu dalam kegiatan sehari-hari, mulai bangun tidur sampai waktu sore dan malam.
c.    Jangan membiasakan melanggar disiplin
d.    Menegakkan disipli secara bersama-sama dirumah, sekolah, kantor dan dimana saja.
6.    Serakah
Sifat serakah dapat dihindarkan dengan cara-cara sebagai berikut: Menyadari bahwa manusia bukan hanya sebagai makhluk pribadi akan tetapi juga sebagai makhluk sosial yang hidupnya saling membutuhkan. Menyadari pula bahwa nikmat seperti rizki dan musibah adalah berasal dari Allah untuk segala manusia. Melatih diri untuk membiasakan membantu orang lain dan memperhatikan kepentingannya. Dalam hidup ini kita dianjurkan untuk tidak hanya melihat keatas, tapi sekali-kali perlu melihat kebawah, artinya orang-orang yang lebih rendah status ekonominya, dengan cara demikian kita akan merasa cukup dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita.
Mencegah perbuatan tercela
1.    Durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua tidak akan terjadi bila kita memperhatikan hal-hal sebagai berikut :Melaksanakan kewajiban anak terhadap orang tua. Meyakini akibat fatal yang terjadi apabila berbuat durhaka kepada orang tua.
2.    Sadis
Perbuatan sadis dapat dicegah apabila seseorang memperhatikan hal-hal sebagai berikut :Meltih diri sejak masih muda belia untuk menyayangi sesama makhluk
Menyadari bahwa Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang mulia dan isi alam ini disediakan untuk manusia, tapi harus memperlakukan alam sesuai dengan ajaran Islam
3.    Lalai
Mencegah perbuatan lalai dapat dilakukan dengan cara antara lain :
a.    Bersaing secara sehat dalam melakukan suatu kegiatan yang positif, hal ini dapat menghindarkan pemborosan waktu, karena masing-masing ingin memperlihatkan kerjanya secara cepat dan tepat.
b.    Aktif dalam organisasi mulai yang tingkat sederhana seperti, Osis, Remaja Mesjid, Karang Taruna dan sebagaianya.
4.    Curang
Perbuatan curang dapat dihindarkan dengan cara-cara sebagai berikut : Bila ada orang yang berbuat curang, kita hendaknya harus berani menegurnya atau memperingatinya. Dengan cara demikian berarti kita menegur dan memperingatkan diri kita sendiri. Usahakan bergaul dengan orang yang baik-baik, jangan suka bergaul dengan orang yang suka berbuat curang, khianat, pembohong dan sebagianya. Jangan sekali-kali mencoba berbuat curang, karena kalau sekali saja hal itu dilakukan akan menjadi kebiasaan.
5.    Ceroboh
Perbuatan ceroboh dapat dihindarkan dengan cara sebagai berikut :
a.      Memahami dari setiap tindakan, sehingga dapat mempertimbangkan akibat dari tindakan tersebut.
b.      Memperhitungkan kebaikan dan keburukan dari perbuatan tersebut, sehingga yakin bahwa kebaikan akan membawa manfaat baik untuk diri sendiri.
c.      Bertangung jawab atas yang akan atau yang sudah dilakukan, karena rasa tanggung jawab itulah maka setiap tindakan jangan dilakukan secara sembrono.
Hikmah Pribadi Berakhlak Baik
Terhadap diri sendiri. Apabila kita melakukan perbuatan terpuji akan dapat mempertebal keimanan seseorang, karena Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya adalah untuk memimpin manusia kearah kebaikan akhlak, agar timbul gairah kepada mereka untuk berbuatan kebaikan dan menjauhi kejelekan akhlak adalah tiang pembangunan umat, rahasia kebesaran-Nya menjadi dasar dari kehidupan dan kebanggaan, bila baik akhlak manusia maka akan baik pulalah semua perbuatannya dan akan harmonislah hubungannya, baik dengan Allah yang Maha Pencipta, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Selain dapat mempertebal keimanan akan dapat pula menambah giat beribadah, seperti diketahui bahwa ibadah pokok dalam Islam adalah : Shalat, Puasa, Zakat dan Haji, tidak hanya untuk mendekatkan hubungan dengan Allah SWT, tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap pembentukan budi pekerti yang baik, mislanya :
a.    Shalat
Shalat dapat mencegah kejahatan dankemunkaran. Kejahatan adalah perbuatan yang amat keji, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sedangkan kemunkaran ialah suatu perbuatan buruk yang tidak dibenarkan oleh akal dan hati manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa kejahatan dan kemunkaran itu masuk dalam kategori budi pekerti/akhlak yang buruk yang merusak kehidupan pribadi dan masyarakat yang harus dihindarkan jauh-jauh.
b.    Puasa
Puasa dapat menciptakan sifat taqwa dan taqwa itu suatu budi pekerti yang baik, karena didalam taqwa mengandung 3 (tiga) unsur : Menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT, Menghindarkan perbuatan yang merugikan diri sendiri, Menjauhkan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain
c.    Zakat
Zakat dapat menimpa jiwa yang suci dan yang bersih, salah satu sifat dan tabiat manusia yang buruk ialah rakus, serakah dan kikir untuk memberantas sisfat manusia yang buruk itulah diwajibkan zakat. Hal ini mempunyai pengaruh dalam pembinaan akhlak manusia, agar senantiasa mencintai yang lemah (fakir miskin)
d.    Haji
Ibadah haji ini dapat menghindarkan kejahatan dan permusuhan seperti dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (Q.S.Al-Baqarah : 197)
Dari beberapa uraian sisngkat diatas kiranya dapat difahami bahwa ibadah mempunyai pengaruh yang posistif terhadap pembinaan akhlak yang baik. Tegasnya bila ingin meningkatkan akhlak yang baik lakukanlah ibadah dengan baik dan sempurna.

III.            KESIMPULAN
Ø  Dalam Aqidah
1.    Setiap pribadi seorang muslim harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran insan berupa tauhid kepada Allah SWT yang benar,ikhlas,dan penuh ketundukan sehingga terpancar sebagai ibad ar Rahman yang menjalani kehidupan dengan benar – benar menjadi mukmin ,muslim ,mutaqin ,dan muhsin yang paripurna.
2.    Setiap pribadi seorang muslim  wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber seluruh kegiatan hidup,tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan tauhid itu,dan tetap menjauhi serta menolak syirik ,tahayul,bid’ah,khurafat yang menodai iaman dan tauhid kepada Allah SWT.
Ø  Dalam Akhlak
1.    Setiap pribadi seorang muslim dituntut untuk meneladani perilaku Nabi dalam mempraktikan akhlaq mulia ,sehingga menjadi uswatun hasanah yang diteladani oleh sesame berupa sifat sidiq,amanah ,tabligh,dan fathanah.
2.    Setiap pribadi seorang muslim dalam melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas dalm wujud amal – amal saleh dan ihsan ,serta menjauhkan diri dari perilaku riya ,sombong,dan kemunkaran.
3.    Setiap pribadi seorang muslim dituntut untuk menunjukan akhlaq yang mlia (akhlaq karimah)sehingga disukai / diteladani dan menjauhkan diri dari akhlaq yang tercela (akhlaq madzmumah)yang menyebabkan dibenci dan dijauhi sesame.
4.    Setiap pribadi seorang muslim dimanapun bekerja dan menunaikan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari harus benar-benar menjauhkan diri dari perbuatan korupsi dan kolusi serta praktik-parktik buruk lainnya yang merugikan hak-hak public dan membawa kehancuran dalam kehidupan di dunia ini.
Ø  Dalam Ibadah
1.    Setiap pribadi seorang muslim dituntut untuk senantiasa memberikan jiwa / hati kearah terbentuknya pribadi yang mutaqin dengan beribadah yang tekun dan menjauhkan diri dari jiwa / nafsu yang buruk,sehingga terpancar kepribadianyang soleh yang menghadirkan kedamain dan kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
2.    Setiap pribadi seorang muslim melaksanakan ibadah mahdah dengan sebaik-baiknya dan menghidup suburkan amal nawafil(ibadah sunnah)sesuai dengan tuntunan Rosulullah serta menghiasi diri dengan iman yang kokoh,ilmu yanga luas,dan amal yang soleh yang tulus sehingga tercermin dalam kepribadian dan tingkah laku yang terpuji.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar